Peluang Profit dari Sektor CPO (Lesson 1: Introduction and Business Process)
Anda sedang membaca artikel pertama dari seri "Peluang Profit dari Sektor CPO". Untuk mengakses artikel lainnya, anda bisa klik link dibawah ini:
Bila anda ingat, pada tahun 2011 terjadi commodity supercycle yang melahirkan banyak orang kaya baru di Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan negara penghasil CPO nomor 1 di dunia, diikuti oleh Malaysia, tidak heran kalau salah satu sektor yang paling diuntungkan saat itu adalah CPO, dimana harga CPO mengalami kenaikan signifikan dan emiten CPO pun serentak mencatatkan kinerja cemerlang dengan ROE sekitar 20%. Sayangnya hal sebaliknya terjadi pada periode 2016-2020. Harga CPO terus mengalami penurunan menjadi sekitar RM 2500/ton, meskipun perusahaan telah berupaya membatasi replantasi untuk membatasi supply. Penulis sendiri tidak pernah tertarik dengan kinerja emiten disektor CPO dikarenakan kinerjanya yang kurang memuaskan. Namun pada 2021 harga CPO mengalami kenaikan cukup signifikan seiring terjadinya kenaikan harga komoditas lainnya. Kenaikan tersebut mampu bertahan hingga harga saat ini, dimana harga CPO berada pada posisi RM 4700/ton. Kabar baiknya masih banyak emiten CPO yang valuasinya rendah, yaitu PBV dibawah 1x. Lantas apakah ada opportunity di sektor CPO? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita pelajari informasi terkait sektor CPO terlebih dahulu.
Perekonomian setiap negara didukung oleh 3 sektor yaitu agrikultur, manufaktur, dan services. Indonesia sendiri dari tahun ke tahun mengalami deindustrialisasi dimana kontribusi manufaktur terhadap GDP menurun dan digantikan oleh services, sedangkan agrikultur cenderung stabil. CPO sendiri menyumbangkan 3,5% dari GDP Indonesia. Alasan kelapa sawit sangat menarik adalah kegunaannya yang sangat luas. Pertama, daging buah kelapa sawit yang berwarna orange akan diekstraksi menjadi Crude Palm Oil (CPO), yang dipakai dalam pembuatan sabun, deterjen, cooking oil, margarine, ice cream, mie instan, dan coklat. Kedua, intinya yang berwarna putih akan diekstraksi menjadi Palm Kernel Oil (PKO), yang digunakan untuk pembuatan shampoo, kosmetik, coffee whitener, dan by productnya bisa sebagai pakan ternak. Ketiga, cangkangnya dapat digunakan sebagai bahan bakar energi terbarukan. Selain itu, salah satu produk turunan dari CPO adalah oleochemical, yang terbagi menjadi methyl ester (untuk produksi plastik, tekstil, besi, bahan obat obatan) dan glycerine (untuk produksi kosmetik, bahan peledak, bahan obat obatan).
Sekarang mari kita bahas terkait bisnis proses CPO. Pertama, perusahahaan akan menanamkan tanaman kelapa sawit pada lahan inti (milik perusahaan) dan lahan plasma (hasil kerja sama dengan petani kecil). Kedua, tanaman kelapa sawit yang produktif akan menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS)/ Fresh Fruit Bunch (FFB), yaitu kumpulan dari buah kelapa sawit. Selain itu, perusahaan juga dapat membeli kelapa sawit dari petani lokal. TBS kemudian akan diangkut ke pabrik dan dimasukan ke mesin sterilisasi untuk dibersihkan dari kotoran. Selanjutnya, TBS dimasukan ke mesin stripper untuk memisahkan buah dari tandan sawit. Buah yang didapatkan akan dimasukan ke mesin digester untuk menghasilkan CPO dan PKO. Terakhir CPO akan diproses melalui tank klarifikasi agar lebih jernih sedangkan PKO dimasukan ke nuts and fibre separator untuk menjalani pengolahan lebih lanjut.
Demikian adalah artikel pertama pembelajaran sektor CPO. Pada artikel berikutnya, penulis akan membahas terkait istilah yang perlu anda ketahui, leading indicators, dan prospects CPO. Selamat tahun baru untuk kita semua, dan semoga di tahun yang baru ini kita dapat sehat selalu, semakin banyak menimba ilmu, dan tentunya meraup hasil yang konsisten dan memuaskan.
Salam Cuan,
Filbert
Comments
Post a Comment