Peluang Profit dari Sektor Konstruksi (Lesson 3: Case Study WSKT)

Anda sedang membaca artikel ketiga dari seri "Peluang Profit dari Sektor Konstruksi". Untuk mengakses artikel lainnya, anda bisa klik link dibawah ini:

-Lesson 1: Introduction and Business Process
-Lesson 2: Leading Indicators and Prospects
-Lesson 3: Case Study WSKT
-Lesson 4: Case Study WIKA
-Lesson 5: Case Study WEGE


Pada artikel ke 3 dari seri "Peluang Profit dari Sektor Konstruksi" ini, kita akan membahas WSKT, yang dulunya merupakan emiten konstruksi terbaik di Indonesia. PT. Waskita Karya didirikan pada tahun 1961 dan melakukan IPO pada akhir tahun 2012. Setelah melantai di bursa, WSKT mengalami yang kita sebut golden period konstruksi pada tahun 2014-2018. Alhasil WSKT membukukan pertumbuhan kinerja yang cemerlang dan harga sahamnya pun naik dari 380 menjadi 2900 di tahun 2018. Sayangnya, pada periode tersebut perusahaan terus menambah hutang setiap tahunnya dan ketika perusahaan sudah tidak bertumbuh sepesat dulu, beban bunga yang ada menjadi sangat terasa. Perusahaan pun mengalami penurunan laba 75% ditahun 2019 dan terpaksa harus kehilangan setengah ekuitasnya akibat kerugian besar di tahun 2020. Saat ini sahamnya diperdagangkan diharga 975, yang setara dengan 3,4x EPS nya ditahun 2018. Pertanyaannya adalah mungkinkah WSKT turnaround dan berhasil membukukan kinerja seperti di tahun 2018? Sebelum menentukan apakah WSKT layak invest, mari kita pelajari lebih lanjut.


Sebagai perusahaan konstruksi dengan aset terbesar di Indonesia (105T), WSKT telah menyelesaikan berbagai project prestigious seperti Jakarta Cikampek Elevated Toll Road, LRT Palembang, Jembatan Merah Putih, dan masih banyak lagi. Lini bisnis WSKT terbagi menjadi upstream, midstream, dan downstream. Untuk upstream, WSKT fokus pada pembangunan dan pengoperasian jalan tol, pengembangan realty dan property (hotel, apartemen, SOHO, kantor), dan pengembangan infrastruktur lainnya seperti pembangkit listrik dan fasilitas pengelolaan air. Untuk midstream, WSKT melakukan konstruksi sipil dan gedung (bandara, pelabuhan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, gedung). Untuk downstream, WSKT melakukan precast dan memproduksi beton berkualitas tinggi.



Dari segi perolehan kontrak baru, setelah mencapai peak ditahun 2016 dengan perolehan kontrak baru 70T, WSKT mencatatkan penurunan cukup signifikan sejak tahun 2018. Hal tersebut dikarenakan jumlah proyek infrastruktur tidak sebanyak dulu, dapat kita lihat dari participated tender yang menurun. Bahkan, perusahaan hanya berhasil memperoleh kontrak baru senilai 3T pada 1H 2021 yang mengakibatkan order book WSKT turun menjadi 54T dengan kontribusi: infrastruktur (41%), water resources (11%), bangunan (12%),  industri (30%), dan sustainable energy (6%). Sayangnya, WSKT harus mengalami domino effect yang dimulai dari penurunan kontrak baru, diikuti penurunan order book dan penurunan revenue, berujung pada penurunan laba bersih. Sebagai gambaran berikut adalah pendapatan dan laba bersih WSKT dari tahun ke tahun: 2018 (49T / 4,6T), 2019 (31T / 1T), 2020 (16T / -9,5T). 



Bagaimana dengan tahun 2021? Bila anda melihat sekilas LK Q2 2021, memang betul WSKT membukukan laba 155M pada 1H 2021 yang merupakan improvement bila dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang rugi 1,3T. Beberapa analis pun mencanangkan kalau WSKT akan turnaround, ditambah dengan isu SWF. Sayangnya kenyataan tidak semanis itu dimana pada laporan laba rugi, terdapat pendapatan lain lain senilai 2,8T yang bersifat one time. Dan voila, bila kita mengeluarkan angka tersebut maka akan tercermin kinerja sesungguhnya WSKT yaitu rugi 2,6T (jauh lebih parah dibanding tahun 2020 yang sudah amburadul). Sebagai informasi tambahan, WSKT memiliki modified DER (gearing ratio) di angka 500%. Bila anda pernah membaca seri value investing lesson 3 mengenai financial check up, seharusnya anda tahu seberapa mengerikan angka ini. 


All in all, meski saya pribadi percaya kalau WSKT too big too fail, dimana pemerintah akan menyuntik modal (right issue) bila diperlukan, saya menilai risk vs reward yang ditawarkan sangatlah tidak menarik. Meskipun harga saham emiten konstruksi sering naik diakhir tahun, saya tetap menilai kalau WSKT ini tidak layak invest, terutama kalau kita berfikir secara prospek long term. Don't play with fire if you're not willing to get burn. Good newsnya pada artikel berikutnya, penulis akan membahas emiten favorit saya di sektor konstruksi yaitu WIKA. Sekian untuk kali ini, semoga bermanfaat.


Salam Cuan,

Filbert

Comments

Popular posts from this blog

Principles for Investing

Pengalaman Jatuh Bangun 2023

6 Types of Company (Value Investing: Lesson 1)